translate

English French Japanese Arabic Chinese Simplified

Masukkan email untuk berlangganan:

Blog Archive

fblike

balacinema

Balaguris89

IDIonline

Membership P2KB IDI

widgeonline dan amungonline kirteng

bg banner dan widgeopr

networkedblogs

iklan adsensecamp

Hepatitis Virus

Hepatitis adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Salah satu gejala yang dapat terlihat pada pasien hepatitis adalah kulit dan sklera mata menjadi berwarna kuning (ikterus). Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus tersebut dapat menyebabkan keadaan hepatitis akut dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang paling berat, bahkan kematian. Hepatitis A dan E tidak menyebabkan kronisitas, sebaliknya hepatitis B, C, D dapat menimbulkan keadaan infeksi yang menetap yang akan menjadi hepatitis kronis, sirosis, dan kanker hati.
Hepatitis adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Salah satu gejala yang dapat terlihat pada pasien hepatitis adalah kulit dan sklera mata menjadi berwarna kuning (ikterus). Ikterus ialah suatu keadaan di mana plasma, kulit, dan selaput lendir menjadi kuning yang diakibatkan pewarnaan berlebihan oleh pigmen empedu (bilirubin). Ikterus epidemik pertama dilaporkan oleh Hippocrates. Dalam Perang Dunia ke-2 telah dilaporkan berbagai epidemi ikterus, terutama yang terjadi di Timur Tengah dan Italia.
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus tersebut dapat menyebabkan keadaan hepatitis akut dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang paling berat, bahkan kematian. Hepatitis A dan E tidak menyebabkan kronisitas, sebaliknya hepatitis B, C, D dapat menimbulkan keadaan infeksi yang menetap yang akan menjadi hepatitis kronik, sirosis, dan kanker hati.1 Sekarang ini terdapat 350 juta karier hepatitis B kronik dan 100 juta karier hepatitis C kronik.
Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang terutama menyerang anak dan dewasa muda. Penularan hepatitis A terjadi secara fekal oral, yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh virus hepatitis A, umumnya penularan dari orang ke orang. Namun transmisi parenteral juga mungkin. Masa inkubasi hepatitis A akut bervariasi antara 14 hari sampai 49 hari, dengan rata-rata 30 hari.
Hepatitis B
Di Asia terutama Asia Tenggara Hepatitis B sangat penting karena prevalensinya sangat tinggi.4 Prevalensi hepatitis B kronik di Asia Tenggara, Afrika, dan Kepulauan Pasifik sebanyak 8-20%.5 Kira-kira 3,5-9,1% prevalensi HbsAg ditemukan pada populasi umum di Indonesia, dengan ratarata 5,1 %. Berdasarkan data tersebut, secara epidemiologi Indonesia dikategorikan negara dengan tingkat endemisitas intermediate hingga tinggi.
Virus ini biasanya ditularkan secara parenteral melalui luka pada kulit atau membran mukosa, baik melalui transfusi darah atau komponen darah atau melalui jarum yang terkontaminasi. Transmisi seksual terjadi melalui kontak seksual dengan individu yang mengandung HbsAg positif yang bersifat infeksius, baik heteroseksual maupun homoseksual. Prevalensi hepatitis B yang tinggi terjadi pada bayi yang ibunya mempunyai HBsAg pada serum.7 Masa inkubasinya berkisar antara 30-180 hari.
Infeksi klinis maupun subklinis dapat menyebabkan infeksi kronik. Kemungkinan karier HBsAg menjadi hepatitis kronik dapat terjadi pada 10-30% kasus. Pada pasien dengan HIV lebih mungkin menjadi infeksi kronik. Dari kasus hepatitis B kronis dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau karsinoma hepatoselular.
Hepatitis C
Data WHO menyatakan bahwa prevalensi hepatitis C di Indonesia berkisar 1-2,4%.2 Diperkirakan sekitar 5 hingga 7,5 juta penduduk Indonesia terkena infeksi kronik HCV. Penularan HCV lebih banyak dari produk darah baik dari transfusi, jarum suntik, tato, maupun produk darah lainnya. Faktor risiko terbanyak di Indonesia adalah transfusi. Sementara prevalensi pada penyalahgunaan obat intravena di Jakarta mencapai angka 70%.
Penularan secara kontak erat dengan penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga diduga sebagai salah satu cara penularan. Kontak seksual dengan banyak pasangan heteroseksual atau dengan penderita hepatitis berakibat terjangkitnya penyakit ini. Penularan dari ibu ke bayi terjadi melalui transmisi vertikal/perinatal, dengan risiko tertinggi transmisi jika ibu mengalami koinfeksi dengan HIV.5 Masa inkubasinya berkisar antara 2-26 minggu dengan rata-rata 8 minggu.
Sekitar 50-85% kasus hepatitis C akan berkembang menjadi hepatitis kronik. Dari jumlah tersebut, 29-76% akan berlanjut menjadi hepatitis kronik aktif atau sirosis. Dengan demikian, hepatitis C merupakan penyebab utama hepatitis kronik dan sirosis. Infeksi kronik juga berkaitan erat dengan timbulnya karsinoma hepatoselular.
Hepatitis D
Hepatitis D memerlukan keberadaan infeksi HBV untuk replikasi dan transmisi. Infeksi virus hepatitis D dapat terjadi baik dalam bentuk superinfeksi dari pengidap kronik virus hepatitis B atau simultan dengan infeksi virus hepatitis B (koinfeksi). Di Asia sekitar 10% pasien hepatitis B mengalami koinfeksi dengan HDV. Masa inkubasi diduga saling silang dengan virus hepatitis B. Cara penularan rupanya sama dengan virus hepatitis B kecuali transmisi vertikal. Transmisi seksual merupakan salah satu cara penularan yang berperan.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah suatu tipe epidemik non A non B yang penularannya secara enterik melalui air. Gambaran klinik hepatitis E tidak berbeda dengan hepatitis lainnya. Masa inkubasinya berkisar antara 22 sampai 60 hari. Hepatitis E biasanya sembuh sendiri dan bersifat sedang hingga parah dengan tanpa adanya gejala sisa jangka panjang atau penyakit hati kronik.
Gambaran Klinik
Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala. Di lain pihak, walaupun pasien nonikterik, tetapi menunjukkan gejala-gejala gastrointestinal dan mirip influenza. Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodromal kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu. Gejala prodromal adalah seperti yang terdapat pada tiap infeksi virus termasuk malaise, pusing, demam, letih, lesu dan lain-lain. Gejala yang khas adalah anoreksia, mual, muntah, nyeri pada perut kanan atas yang kadang-kadang dapat hebat.
Fase ikterik pada hepatitis sering diawali dengan hilangnya warna pada tinja karena penurunan sekresi pigmen empedu dan urin yang gelap karena bilirubinuria. Sesudah timbul keadaan ikterik, gejala-gejala klinis dan demam sering menghilang dengan cepat. Pada pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan ikterus dan pembesaran hati yang nyeri dan splenomegali pada 25% kasus.
Stadium konvalesen biasanya mulai 7-10 hari dari awal ikterik, tinja berwarna lagi dan ikterik berangsur-angsur hilang. Penyakit biasanya berlangsung 2-6 minggu pada orang dewasa sekalipun penyembuhan sempurna yang diketahui dari pemeriksaan klinik, biokimia, dan histologik dapat sampai 6 bulan. Apabila perjalanan penyakitnya berlangsung lebih dari 6 bulan, hal ini dinamakan hepatitis kronik.
Diagnosis
Diagnosis hepatitis virus ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan terhadap penanda virus. Diagnosis hepatitis A akut ditegakkan dengan menemukan antibodi IgM antiHAV dalam darah. Diagnosis hepatitis B akut ditegakkan dengan pemeriksaan IgM antiHBc maupun HBsAg. Pada infeksi kronik HBsAg dan total antiHBc terdeteksi persisten. Diagnosis hepatitis C akut ditegakkan dengan pemeriksaan antiHCV.
Terapi
Tidak ada tindakan yang spesifik terhadap hepatitis virus akut. Hepatitis akut termasuk hepatitis A dapat sembuh secara alamiah sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus. Walaupun pada saat ini telah ditemukan vaksin untuk hepatitis B yang efektif namun sejumlah besar pasien telah terinfeksi secara kronik dan menderita berbagai komplikasi yang menyertai. Demikian halnya hepatitis C kronik sering terjadi. Oleh karena itu, pada kasus infeksi hepatitis B kronik dan hepatitis C kronik, khususnya dapat dipertimbangkan pengobatan yang ditujukan untuk mengurangi inflamasi, fibrosis dan progresi menjadi sirosis atau untuk mencegah komplikasi sirosis. Pendekatan penatalaksanaan hepatitis B kronik meliputi penggunaan obat untuk mencegah proses replikasi virus (antivirus), penggunaan obat yang dapat memodulasi keadaan sistem imun (imunomodulasi), dan biological response modifiers.
Pencegahan
Vaksin untuk hepatitis B dan hepatitis A telah dikembangkan. Namun demikian, pencegahan hepatitis virus sebagian besar masih terletak pada sanitasi dan higiene yang baik, terutama pada tingkat perseorangan, upaya skrining yang adekuat terhadap donor darah dan pemeriksaan komponen darah sebelum dipergunakan.7 Program skrining donor darah secara ekstensif dianggap efektif untuk Hepatitis C.2 Upaya pencegahan terhadap hepatitis B secara tidak langsung juga mencegah hepatitis D.





Artikel Lainnya