translate

English French Japanese Arabic Chinese Simplified

Masukkan email untuk berlangganan:

Blog Archive

fblike

balacinema

Balaguris89

IDIonline

Membership P2KB IDI

widgeonline dan amungonline kirteng

bg banner dan widgeopr

networkedblogs

iklan adsensecamp

Asam Lambung Tidak Menyebabkan Esofagitis ?

Dari studi yang di jabarkan di bawah ini, disimpulkan suatu pernyataan yang menarik, meskipun studi ini merupakan studi awal dan dilakukan pada hewan. Pernyataannya adalah seperti ini: “Esofagitis yang terjadi pada penderita GERD (gastro esophageal reflux disease) sebenarnya bukan akibat langsung karena asam lambung/asam empedu yang menyebabkan kerusakan esofagus, melainkan karena reaksi imun yang terjadi”.


Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Rhonda Souza dari Soutwestern Medical Center ini pada mulanya melakukan uji coba dengan cara menyambung esofagus tikus langsung ke duodenum. Kondisi ini dibuat seolah-olah untuk menciptakan kondisi GERD dimana asam lambung maupun asam empedu akan dengan dengan mudahnya mengalami refluks ke esofagus. Dengan kondisi ini harapan yang akan didapatkan adalah bahwa terjadi kerusakan mukosa lambung akibat paparan dari asam lambung/asam empedu. Akan tetapi kenyataan yang terlihat ternyata adalah berbeda, esofagitis tidak diketemukan bahkan setelah beberapa minggu kondisi ini terus dilanjutkan.

Hal ini tentu saja berlawanan dengan apa yang telah kita pelajari sebelumnya, bahwa esofagitis pada GERD merupakan akibat langsung dari paparan asam lambung. Pada studi binatang sebelumnya, esofagus dipaparkan dengan asam konsentrasi pekat, dan jaringan esogafus terlihat mengalami kerusakan, akan tetapi asam lambung pada refluks bukanlah asam lambung yang sedemikian pekatnya.



Setelah operasi penyambungan dilakukan, para peneliti berharap menemukan kematian sel-sel permukaan esofagus dan adanya proses kerusakan progresif menuju jaringan yang lebih dalam., kenyataannya adalah sebaliknya. Tiga hari setelah operasi penyambungan, masih tidak diketemukan kerusakan pada permukaan sel, tetapi para peneliti menemukan adanya sel-sel inflamasi pada jaringan yang lebih dalam dari esofagus. Sel-sel inflamasi ini tidak nampak pada lapisan permukaan sampai 3 minggu setelah paparan asam. Dari sinilah diketahui bahwa ternyata adanya refluks pada pasien GERD akan merangsang sel-sel esofagus untuk melepaskan zat yang bernama sitokin, sitokin ini merupakan faktor proinflamasi yang akan menarik sel-sel radang menuju esofagus dan menimbulkan peradangan yang berakibat kerusakan jaringan. Jadi esofagitis yang yang terjadi pada pasien-pasien GERD terjadi bukanlah akibat langsung akibat paparan asamnya, melainkan paparan dari refluks tersebut mencetuskan pelepasan sel-sel radang.



Saat ini terapi GERD diantaranya dilakukan dengan memberikan obat penekan sekresi asam lambung, akan tetapi jika ternyata temuan di atas nantinya memang teruji (masih diperlukan penelitian lanjutan), maka terapi GERD mungkin dapat ditujukan untuk mencegah pelepasan sitokin yang dapat mencetuskan pelepasan sel-sel inflamasi yang merupakan penyebab pertama kerusakan sel esofagus.



Artikel Lainnya