translate

English French Japanese Arabic Chinese Simplified

Masukkan email untuk berlangganan:

Blog Archive

fblike

balacinema

Balaguris89

IDIonline

Membership P2KB IDI

widgeonline dan amungonline kirteng

bg banner dan widgeopr

networkedblogs

iklan adsensecamp

Hepatitis Virus

Hepatitis adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Salah satu gejala yang dapat terlihat pada pasien hepatitis adalah kulit dan sklera mata menjadi berwarna kuning (ikterus). Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus tersebut dapat menyebabkan keadaan hepatitis akut dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang paling berat, bahkan kematian. Hepatitis A dan E tidak menyebabkan kronisitas, sebaliknya hepatitis B, C, D dapat menimbulkan keadaan infeksi yang menetap yang akan menjadi hepatitis kronis, sirosis, dan kanker hati.


Uremia


Timothy W. Meyer, M.D., and Thomas H. Hostetter, M.D.

Medical progress has altered the course and thus the definition of uremia, which once encompassed all the signs and symptoms of advanced kidney failure. Hypertension due to volume overload, hypocalcemic tetany, and anemia due to erythropoietin deficiency were once considered signs of uremia but were removed from this category as their causes were discovered. Today the term “uremia” is used loosely to describe the illness accompanying kidney failure that cannot be explained by derangements in extracellular volume, inorganic ion concentrations, or lack of known renal synthetic products. We now assume that uremic illness is due largely to the accumulatioorganic waste products, not all identified as yet, that are normally cleared by the kidneys.













Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus


Artikel ini berisikan konsensus pengelolaan dan pencegahan bagi penyandang diabetes yang merupakan revisi konsensus pengelolaan Diabetes Melitus (DM) di Indonesia hasil kesepakatan para pakar DM di Indonesia yang mulai dirintis PB PERKENI sejak pertemuan tahun 1993 di Jakarta. Revisi buku konsensus 2006 adalah revisi ketiga kalinya, setelah revisi buku konsensus pertama tahun 1998 dan revisi kedua tahun 2002. Mengingat sebagian besar penyandang diabetes adalah kelompok DM tipe-2, konsensus pengelolaan ini terutama disusun untuk DM tipe-2, sedang untuk kelompok DM tipe-1 dan pengelolaan diabetes pada kehamilan dibicarakan dalam buku panduan tersendiri.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan dari hasil penilitian di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980 menunjukkan sebaran prevalensi DM tipe-2 antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado.


Manajemen Pankreatitis Akut




Pankreatitis akut terjadi akibat proses autodigesti jaringan pankreas oleh enzim yang dihasilkan pankreas sendiri. Patogenesis pankreatitis akut sangat kompleks dan multifaktorial. Terjadinya pankreatitis akut diawali karena adanya jejas di sel asini pankreas yang dapat disebabkan oleh karena; obstruksi duktus pankreatikus, stimulasi hormon cholecystokinin (CCK) sehingga akan mengaktivasi enzym pankreas, atau oleh karena iskemia sesaat sehingga dapat meningkatkan degradasi enzim pankreas. Sekitar 80% perjalanan klinis pankreatitis akut bersifat ringan dengan mortalitas 1%, dan sebanyak 10-20% berkembang menjadi pankreatitis akut berat dengan risiko mortalitas 20-50%. Komplikasi pankreatitis akut berat dapat bersifat lokal (abses, nekrotik, pseudocyst) atau bersifat sistemik (gagal organ multipel). Manajemen pankreatitis akut tergantung pada derajat penyakitnya. Pankreatitis akut ringan tidak perlu tindakan operatif, cukup terapi konservatif dan tidak perlu antibiotika. Sementara itu manajemen pankreatitis akut berat bersifat interdisipliner yang melibatkan intencivist, radiologist, endoscopist dan dokter bedah, dan memerlukan perawatan khusus, bila perlu di ICU, mengingat risiko terjadinya gagal organ multipel pada minggu pertama perjalanan penyakit. Terapi suportif, nutrisi enteral dan pemberian antibiotika profilaktik pada pankreatitis nekrosis akut dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Pada saat ini terapi pankreatitis akut berat telah bergeser dari tindakan pembedahan awal ke perawatan intensif agresif. Seiring dengan kemajuan di bidang radiologi dan endoskopi, intervensi tindakan bedah dapat diminimalisasi. Tindakan bedah diindikasikan apabila ada pankreatitis nekrosis akut terinfeksi.


Tonsilitis Akut Dengan Komplikasi Multipel


Abses retrofaring sering dijumpai pada anak namun jarang pada orang dewasa. Penyebab pada orang dewasa adalah trauma dinding retrofaring, TBC servikal dan infeksi banal yang berasal dari struktur sekitarnya seperti: tonsil, faring dan sinus paranasalis. Dilaporkan satu kasus tonsilitis peritonsilitis akut dengan komplikasi multipel berupa abses retrofaring dan pneumonia masif yang jarang terjadi pada seorang laki-laki, 22 tahun. Kasus ini berhasil ditangani dengan insisi transoral dan pemberian berbagai macam antibiotik mulai dari cefuroxime axetil, ciprofloxacin dan ceftazidine penthahydrate.


Hepatitis B



Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati, masuk melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi seperti halnya virus HIV. Hepatitis B hampir 100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus HIV. Apabila seseorang terinfeksi dengan virus ini maka gejalanya dapat sangat ringan sampai berat sekali. Pada orang dewasa dengan infeksi akut biasanya jelas dan akan sembuh sempurna pada sebagian besar (90%) pasien. Akan tetapi pada anak-anak terutama balita, sebagian besar dari mereka penyakitnya akan berlanjut menjadi menahun. Pencegahan dan pengobatan yang tepat dan segera akan dapat memperbaiki penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi.




Teh Hijau Sebagai Anti Hiperpigmentasi Karena Paparan Ultra Violet

Senyawa katekin teh hijau merupakan antioksidan alam yang mempunyai potensi menghambat terjadinya pigmentasi karena paparan sinar ultra violet (UV). Potensinya dalam menghambat pigmentasi karena paparan UV melalui senyawa katekin yang dimilikinya, terutama epicatecin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG) dan epicatechin-3-gallate (EGCG), yang dapat berkompetisi dengan enzim L-tirosinase dan terikat pada tempat aktif (active site) dari tirosinase. Akibatnya terjadi hambatan kerja dari tirosinase yang menyebabkan terhambatnya pembentukan pigmen melanin, sehingga dapat mengurangi hiperpigmentasi pada kulit.


Peran Albumin Dalam Penatalaksanaan Sirosis Hepatis

Penggunaan albumin dalam beberapa kondisi klinis masih menjadi kontroversi. Kontra terhadap pemakaian albumin timbul akibat uji klinis yang tidak menunjang serta biaya terapi yang tinggi. Dalam penatalaksanaan pasien sirosis hati albumin sering dimanfaatkan karena efek onkotiknya di samping untuk memperbaiki kondisi hipoalbuminemia. Sebagian indikasi telah melalui uji klinis yang memadai, sebagian lagi belum ditunjang data yang cukup kuat.


Hipertensi Sekunder

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak di masyarakat. Menurut data JNC-7, hampir 1 milyar penduduk dunia menderita hipertensi. Bila hipertensi tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organ penting. Hampir sebagian besar kasus hipertensi adalah hipertensi primer dan sebagian kecil merupakan hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyebab lain. Memang tidak mudah untuk menentukan apakah hipertensi primer atau sekunder yang diderita pasien. Untuk itu dibutuhkan beberapa test untuk menentukan jenis hipertensi. Dengan mengetahui penyebab hipertensi sekunder, maka penatalaksanaan hipertensi akan lebih baik.




Berbagai Pengawet Kosmetik sebagai Penyebab Dermatitis Kontak Alergi

Kosmetik adalah bahan yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan. Pengawet adalah bahan kimia biosidal yang ditambahkan dalam kosmetik, obat topikal, makanan dan produk industri lainnya supaya terjaga dari kemungkinan kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, jamur, kapang dan alga yang berimplikasi pada percepatan proses pembusukan. Pengawet merupakan penyebab terbanyak dermatitis kontak alergi (DKA) karena kosmetik setelah pewangi. Kosmetik berdasarkan tempat aplikasi dibagi menjadi 4 golongan, yaitu kosmetik rambut, wajah, mata, dan kuku, sedangkan menurut fungsinya dikenal kosmetik perawatan dan kosmetik rias (dekoratif). Tinjauan kepustakaan ini membahas berbagai jenis pengawet dalam kosmetik yang sering menyebabkan reaksi sensitisasi, baik dari aspek kimia, aspek klinis, konsentrasi bahan untuk uji tempel, dan reaksi silang, serta manifestasi kelainan lain yang ditimbulkan. Diharapkan dengan lebih mengenal sifat dari berbagai jenis pengawet kosmetik, dapat membantu penderita DKA oleh karena pengawet untuk memilih kosmetik yang aman dan menghindarkan sumber kontak alergi lainnya yang mengandung pengawet yang sama dengan pengawet kosmetik yang telah menimbulkan reaksi alergi pada penderita tersebut.


Miasis Hidung

Miasis hidung adalah investasi larva lalat ke dalam jaringan rongga hidung pada binatang maupun manusia. Masih terdapat ketidaksesuaian pendapat tentang penatalaksanaan miasis hidung. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap terapi yang tepat dan mampu membunuh larva lalat tetapi tidak toksik terhadap tubuh manusia. Dilaporkan satu kasus miasis hidung yang disertai pansinusitis. Penatalaksanaannya dilakukan irigasi rongga hidung dengan larutan H2O2 3% dilanjutkan NaCl 0,9%, kemudian larva dikeluarkan dengan pinset dan pemberian antibiotik sesuai tes sensitivitas.




Demam Chikungunya


Demam chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV), yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes. Berbeda dengan demam berdarah dengue, pada demam chikungunya tidak ditemukan adanya perdarahan hebat, syok, maupun kematian. Distribusi geografis penyakit ini meliputi daerah tropis Subsahara Afrika, Asia, serta Amerika Selatan. Manifestasi klinisnya berlangsung antara 3-10 hari, yang ditandai oleh demam, nyeri sendi, nyeri otot, ruam makulopapuler, sakit kepala, rasa lemah, mual, muntah, limfadenopati servikal, dan fotofobia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Penyakit ini bersifat self-limiting, sehingga tidak ada terapi spesifik, hanya suportif dan simtomatik. Sampai sekarang belum ada vaksin ataupun obat khusus untuk penyakit ini. Cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk vektornya



Kejang Demam ( Febrile Seizure )

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38°C) yang disebakan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di bidang neurologi khususnya anak. Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua, sehingga sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan tepat dan cepat.Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak yang berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang demam dibagi menjadi 2 yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. 80% dari kasus kejang demam merupakan kejang demam sedehana sedangkan 20% kasus adalah kejang demam komplek. 8% berlangsung lama yakni lebih dari 15 menit. 16% berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak terjadi antara usia 17-23 bulan, dimana anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada usia kurang dari 12 bulan, maka resiko kejang demam kedua 50%. dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi pada usia 12 bulan/ lebih, maka resiko kejang demam kedua menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali resikonya dibanding dengan populasi umum. Dari percobaan binatang yang dilakukan Wegman dan Milichap disimpulkan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan suatu bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi, serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga memiliki peranan dimana Lennox-Buchtal berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam ditentukan oleh sebuah gen dominan. Lennox berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%. Penanganan kejang demam sampai saat ini masih terjadi kontroversi terutama mengenai pengobatannya yaitu perlu tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis rumat. Dalam makalah ini akan disampaikan bagaimana cara mendiagnosa pasien kejang demam dan bagaimana mengklasifikasikannya menjadi kejang demam sederhana atau kejang demam komplek dan bagaimana menangani penderita kejang demam terutama pada bayi dan anak-anak.


Asma Bronkial

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zatyang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktud ekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebihl ama, sering menjadi problem tersendiri. Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.


Nyeri Punggung Bawah "Low Back Pain"

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan nyeri yang ditemukan disekitar punggung bagian bawah yang banyak diderita dan menyebabkan kehilangan kerja, kedua tertinggi setelah sefalgia. NPB bisa berupa nyeri nosiseptif, neuropatik ataupun kombinasi dari keduanya. Nyeri ini bisa diakibatkan oleh kerusakan mekanik, kimia, trauma, neoplasma, iskemik serta proses autoantigen di persendian di daerah lumbosakral. Beberapa penyakit metabolisme dapat juga berperan sebagai etiologi NPB. NPB bisa berupa referred pain yang berasal dari organ visera, retroperitoneal, sistem urogenitalia dan aorta. Secara umum penanggulangan NPB berdasarkan pada terapi simptomatik dan terapi kausal baik dengan farmakologik maupun non farmakologik. Terapi farmakologik dapat menggunakan analgesik baik opioid maupun non-opioid, NSAID, antidepresan, atau antiepilepsi. Terapi non farmakologik seperti terapi akupunktur merupakan pilihan sesuai mekanisme kerja akupunktur. Dari hasil beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur pada titik-titik akupunktur mengakibatkan peningkatan kadar dari berbagai macam neurotransmiter. Neurotransmiter ini berfungsi sebagai analgesik, sedatif serta berperan dalam proses penyembuhan (recovery) dari kerusakan anatomik baik yang menyangkut fungsi motorik maupun sensorik karena neurotransmiter ini juga berfungsi sebagai imunomodulator. Mengingat etiologi NPB yang beragam maka strategi penanggulangan yang maksimum juga dapat didasarkan pada poli terapi farmakologik dan atau non farmakologik antara lain dengan akupunktur.



Epilepsi Pada Kehamilan

Epilepsi merupakan kelainan neurologik, dimana pada ibu hamil membutuhkan tata laksana yg adekuat & tanpa beresiko baik terhadap ibu/bayi (Laidlaw, 1988; Gilroy, 1992). Menurut statistik Amerika Serikat, 0.5% kehamilan dijumpai pada wanita epilepsi. Resiko pada wanita epilepsi yg hamil lebih besar dari pada wanita normal yg hamil. Untuk menanggulangi banyak resiko, maka dokter ahli kandungan & dokter ahli neurologi bekerjasama agar bayi & ibu mengalami keselamatan jasmani & rohani. Angka kematian neonatus pada pasien epilepsi yg hamil adalah tiga kali dibandingkan populasi normal (Gilroy, 1992). Pengaruh kehamilan terhadap epilepsi bervariasi. Kira-kira ¼ kasus frekuensi bangkitan akan meningkat terutama pada trimester terakhir. Seperempatnya lagi menurun & separuhnya tidak mengalami perubahan selama kehamilan (Holmes, 1985; Shorvon, 1988).


Penyakit-Penyakit Yang Meningkat Kasusnya Akibat Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim adalah suatu fenomena global. Perubahan iklim adalah berubahnya pola iklim global berupa peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, meningkatnya penguapan di udara serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara. Perubahan iklim ini menimbulkan dampak di berbagai bidang kehidupan manusia termasuk kesehatan. Dari segi kesehatan, perubahan iklim akan berdampak pada peningkatan frekuensi penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk seperti malaria, demam berdarah dan filariasis. Ini disebabkan naiknya suhu udara yang menyebabkan perkembangbiakan nyamuk semakin cepat. Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan peluang terbukanya daerah baru sebagai endemik penyakit tersebut. Sementara intensitas hujan yang tinggi dengan periode yang singkat menyebabkan bencana banjir yang mengontaminasi persediaan air bersih. Pada akhirnya, perubahan iklim juga berdampak pada mewabahnya penyakit seperti diare dan leptospirosis yang biasanya muncul pascabanjir. Perubahan iklim global akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit infeksi baru seperti SARS dan flu burung. Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya penurunan produksi pangan yang akan meningkatkan kejadian gizi buruk.


HIV/AIDS: Kini dan Mendatang

AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Ciri penyakit ini adalah timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan keganasan. Sejak epidemi AIDS bermula, lebih dari 65 juta orang telah terinfeksi HIV dan lebih dari 25 juta orang meninggal karena AIDS. Di Indonesia pada tahun 2006 infeksi HIV diperkirakan mencapai 169.000-216.000 orang. HIV menular melalui hubungan seksual, melalui darah/produk darah yang tercemar, atau secara vertikal dari ibu hamil ke bayinya. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4. Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis HIV adalah ELISA, Western Blot dan PCR. Pengobatan HIV menggunakan kombinasi tiga obat, terdiri dari dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan satu protease inhibitor atau satu non nucleoside reverse transcriptase inhibitor. Ancaman epidemi HIV di Indonesia tampak dari terus meningkatnya infeksi HIV khususnya pada kelompok berisiko tinggi di sejumlah daerah. Peningkatan tersebut disebabkan penularan pada pengguna NAPZA suntik, sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko masih tetap berlangsung. Yang perlu diantisipasi adalah mencegah perluasan epidemi HIV selanjutnya dengan meningkatkan upaya untuk mengatasi faktor-faktor risiko yang menyebabkan percepatan penyebaran HIV.