translate

English French Japanese Arabic Chinese Simplified

Masukkan email untuk berlangganan:

Blog Archive

fblike

balacinema

Balaguris89

IDIonline

Membership P2KB IDI

widgeonline dan amungonline kirteng

bg banner dan widgeopr

networkedblogs

iklan adsensecamp

Tatalaksana Pemeriksaan Dasar Infertilitas

Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri (PASUTRI) yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan senggama teratur tanpa kontrasepsi, namun tidak berhasil memperoleh kehamilan. Hal yang demikian di Indonesia diperkirakan perempuan yang sulit hamil dalah 15% di usia 30-34 tahun, 30% di usia 35-39 tahun dan 64% ketika mencapai usia 40-44 tahun.
Banyak faktor yang terkait dalam masalah ini, faktor tersebut 40% terkait dengan faktor istri, 40% terkait faktor suami, 10% terkait faktor gambungan suami istri, dan sisanya terkait dengan faktor-faktor lain yang sering kali sulit ditemukan penyebabnya atau sering kita sebut infertilitas idiopatik.

Penanganan yang cepat dan tepat terhadap penyebab harus dilakukan oleh karena bila ada keterlambatan akan memperburuk prognosis. Sebagai dokter umum banyak hal yang bisa dilakukan pada lini pertama dengan melakukan anamnesa dengan benar dan efektif, melakukan pemeriksaan dengan benar dan melakukan terapi sederhana.
Definisi Infertilitas
Berdasar kesepakatan para ahli, maka pasutri dinyatakan menderita infertilitas jika tidak hamil setelah:
  1. Melakukan senggama secara terarur (2-3 kali per minggu).
  2. Tanpa kontrasepsi.
  3. Menikah minimal satu tahun.
Penyebab Infertilitas
Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi:
1. Faktor Istri (40%)
  • a. Kondisi vagina, mulut rahim dan rahim.
  • b. Kondisi ovarium dan rongga peritonium.
  • c. Kondisi saluran telur atau tuba fallopii.
2. Faktor Suami (40%)
  • a. Kelainan organ genital pria.
  • b. Faal dan morfologi sel spermatozoa.
3. Faktor Gabungan PASUTRI (10%)
  • a. Frekuensi sanggama.
  • b. Antibodi anti sperma.
4. Faktor Idiopatik (10%)
Pemeriksaan Infertilitas Untuk Istri
1. Anamnesa.
  • a. Usia Istri: prognosis perempuan akan lebih baik jika masih berusia kurang dari 35 tahun. Jika usia istri telah lebih dari 35 tahun, maka disebut resiko tinggi pada wanita; sebaiknya tidak ditangani oleh seorang dokter umum, dianjurkan dirujuk ke dokter spesialis.
  • b. Siklus Haid: siklus haid yang teratur, yaitu antara 21-28 hari merupakan indikator yang menunjukkan sebagian besar kondisi ovulasi yang baik. Jika siklus haid datang lebih cepat dari 21 hariatau lebih lambat dari 28 hari, kemungkinan besar terkait dengan siklus haid yang tidak berovulasi. Siklus haid yang tidak teratur dapat juga terkait dengan kondisi hipotiroid dan hiperprolaktinemia.
  • c. Nyeri Haid: haid yang sangat nyeri sehingga memerlukan pengobatan analgetik atau bahkan sampai mengganggu aktifitas sehari-hari seringkali terkait dengan beberapa kalainan seperti endometriosis, mioma uteri atau adenomiosis.
  • d. Frekuensi senggama: frekuensi senggama yang terbaik adalah setiap 2-3 hari dalam 1 minggu. Upaya untuk mengatur saat bersenggama dikaitkan dengan perkiraan masa subur istri seringkali justru meningkatkan stress psikis bagi pasutri.
  • e. Riwayat keguguran atau riwayat operasi sebelumnya terkadang terkait dengan perlekatan pada saluran telur yang dapat menjadi penyebab infertilitas.
2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Terhadap Istri
  • a. Berat badan dan Tinggi badan. Dengan menggunakan formula perbandingan antara berat badan (kg) dan tinggi badan (meter)akan didapatkan indeks masa tubuh (IMT) . IMT < 19 (telalu kurus) atau >25 (obesitas) sering terkait dengan infertilitas karena mengganggu proses ovulasi.
  • b. Pertumbuhan rambut/bulu atau jerawat. Pada istri dengan infertilitas perlu diperhatikan adanya pertumbuhan rambut yang abnormal seperti pertumbuhan jambang, kumis, jenggot, bulu dada, bulu perut dan sebagainya. Disamping itu perlu diperhatikan adanya pertumbuhan jerawat yang berlebihan tidak hanya di wajah akan tetapi dapat pula tumbuh di dada atau di punggung. Pertumbuhan rambut atau jerawat abnormal memiliki kaitan erat dengan hiperandrogenemia yang sering dijumpai pada sindrom ovarium polikistik.
  • c. Kelenjar tiroid. Organ tiroid yang membesar sering terkait dengan gangguan fungsi hormon tiroid dan hal ini sering terkait dengan infertilitas.
  • d. Payudara. Penting sekali memeriksa adanya galaktore atau keluarnya cairan bening dari payudara. Kondisi galaktore terkait dengan kondisi hiperprolaktinemia yang dapat menjadi penyebab siklus tidak berovulasi.
  • e. Abdomen. Jika dijumpai benjolan di abdomen, mungkin ada hubungan dengan kista ovarium, mioma uteri atau adenomiosis yang sering terkait infertilitas.
  • f. Penilaian organ genitalia. Keputihan, perdarahan pasca senggama, polip endoserviks dapat menjadi faktor penyebab. Kelainan ini dapat mudah diketahui hanya dengan melakukan pemerisaan kedalam vagina dengan spekulum. Hal lain yang mungkin dapat dijumpai adalah adanya himen imperforata (selaput dara yang masih utuh), agenesis vagina, septum vagina dan sebagainya.
3. pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang penting yang dapat dilakukan adalah histero-salpingografi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai patensi kedua saluran tuba.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah menilai kadar:
  • a. Progesteron pada fase luteal madya (siklus haid hari ke 20-21). Jika dijumpai rendah, maka kemungkinan siklus haid tidak berovulasi.
  • b. Prolaktin, TSH, dan free T4, terutama jika dijumpai siklus haid terganggu.
4. Anjuran Khusus.
  • a. Sangat penting melakukan pemeriksaan kadar antibodi anti rubella. Diharapkan seorang istri telah memiliki kadar IgM yang negatif dan kadar IgG yang positif sebelum hamil. Jika masih dijumpai kadar IgM dan IgG negatif, maka perlu dilakukan imunisasi MMR (morbili, mumps, rubella). Kehamilan sebaiknya ditunda jika IgM positif dan IgG masih negatif.
  • b. Selalu menganjurkan istri untuk minum asam folat dengan dosis 0.4 mg per hari. Hal ini penting untuk mencegah kejadian cacat tabung saraf pada janin yang akan dikandung.
Pemeriksaan Infertilitas Untuk Suami
1. Anamnesis.
Hal yang perlu diperhatikan pada pria adalah:
  • a. Merokok. Kondisi merokok sering kali terkait dengan penurunan kemampuan renang sel spermatozoa.
  • b. Riwayat infeksi kelenjar parotis. Kondisi ini sering terkait dengan kajadian orchitis yang dapat menyebabkan infertilitas.
  • c. Kesulitan ereksi. Kondisi ini terkait dengan stress psikis atau kelainan metabolik kronik seperti diabetes melitus atau hipertensi.
2. Pemeriksaan Fisik.
  • a. Payudara. Payudara pria harus normal, jika terlihat membesar atau ginekomastia, mungkin ada peningkatan kadar hormon estrogen pada pria.
  • b. Penis. Perlu diperhatikan letak uretra yang dapat terkait dengan abnormalitas seperti hipospadia.
  • c. Skrotum harus diraba untuk menilai kemungkinan skrotum terisi banyak cairan, terdapat hernia skrotalis atau terdapat varikokel. Jumlah testis, volume testis dan turunnya testis ke dalam skrotum juga perlu diperhatikan.
3. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan dasar yang wajib dikerjakan pada PASUTRI dengan masalah infertilitas adalah pemeriksaan analisis sperma.
Hasil analisis sperma yang normal antara lain sebagai berikut:
  • a. Volume 2-6 ml.
  • b. Konsentrasi sperma >20 juta per mililiter.
  • c. Motilitas sperma:
- Lurus dan cepat >25%.

- Lurus lambat ditambah dengan lurus cepat >50%.
  • d. Morfologi normal >30%.



Andon hestiantoro
Imunendokrinologi reproduksi-obsgin
Fk-ui / rs dr. Cipto mangunkusumo, jakarta



  • Fertility assessment and treatment for people with fertility problems, NICE Clinical guidline, 2004
  • Whitman-Elia GF, Baxley EG. A primary care approach to infertile couple. J Am Board Fam Pract, 2001
  • Jevitt CM. Weight management in gynecologic care. J Midwifery Woman Helath, 2005.


















Artikel Lainnya