translate

English French Japanese Arabic Chinese Simplified

Masukkan email untuk berlangganan:

Blog Archive

fblike

balacinema

Balaguris89

IDIonline

Membership P2KB IDI

widgeonline dan amungonline kirteng

bg banner dan widgeopr

networkedblogs

iklan adsensecamp

Dismenorea - Nyeri Haid

Haid atau menstruasi merupakan proses fisiologis pada wanita yang merupakan salah satu tanda penting dalam kehidupan wanita yang memasuki masa pubertas, dimana pubertas adalah awal dari fungsinya ovarium suatu organ reproduksi wanita. Menstruasi merupakan gambaran dari perdarahan periodik vagina yang terjadi akibat pelepasan mukosa uteri yang berlangsung biasanya antara 3-5 hari dengan periodik rata-rata 28 hari dari permulaan menstruasi ke menstruasi berikutnya, tetapi siklus ini mempunyai variasi yang cukup luas antara wanita yang satu dengan yang lainnya. Haid adalah masalah normal yang akan, sedang atau telah dialami setiap wanita normal. Jadi senang atau tidak senang, haid akan dialami oleh setiap wanita normal.


Banyak yang menyambut gembira datangnya haid, karena bisa dianggap telah mulai menginjak masa dewasa atau telah memasuki masa pubertas sebagaimana yang telah dikatakan diatas. Tetapi ada juga yang sedih karena datangnya haid sering disertai rasa sakit. Keluhan seperti ini banyak dialami oleh wanita baik sebelum maupun selama menstruasi berlangsung, rasa sakit ini sering disebut dengan dismenorea atau nyeri haid yang merupakan salah satu gejala paling sering terjadi yang menyebabkan wanita-wanita meninggalkan pekerjaannya ataupun absen di sekolah dan pergi ke dokter mencari pengobatan.

Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenorea dan 10% punya gejala yang hebat sehingga memerlukan istirahat di tempat tidur. Wanita dengan dismenorea mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dari pada wanita yang tidak terkena dismenorea. Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan. Ditambah lagi sifat gangguan dari dismenorea itu sendiri yang sangat subjektif, berat/intensitasnya sukar dinilai. Dikenal ada 2 jenis dismenorea yaitu dismenorea primer dan skunder. Dari ke-2 jenis dismenorea tersebut ternyata dismenorea primer menjadi perhatian utama karena paling sering dijumpai, keluhannya lebih menonjol dan pengobatannya jauh lebih sukar dibandingkan dengan dismenorea skunder. Karena begitu terbatasnya pemahaman kita tentang dismenore maka perlu ada suatu penatalaksanaan yang baik untuk mencapai pengobatan yang rasional dan efektif.
Definisi Dan Klasifikasi
Menurut etiolagiinya dismenorea berasal dari bahasa Yunani yaitu dysmenorrhea, dys artinya bentuk kombinasi yang menyatakan sukar, nyeri, buruk, tak teratur, abnormal. Mens artinya bulanan sedangkan rhein artinya mengalir. Jadi dapat diartikan haid yang nyeri.

Dismenorea atau nyeri haid atau disebut juga alagiomenore dalam praktek diartikan sebagai nyeri ketika haid seperti kejang/kolik. Mengingat sebagaian besar wanita mengalami beberapa derajat nyeri pelvik selama haid, maka istilah dismenorea hanya dipakai untuk nyeri yang cukup berat sehingga menyebabkan penderita mencari pertolongan pada dokter atau pengobatan sendiri dengan analagietika karena aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu.

Lebih rinci lagi, dismenorea atau nyeri haid adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan 1/lebih gejala, mulai dari nyeri ringan sampai berat pada bagian bawah abdomen yang kadang-kadang disertai gejala premenstruasi seperti mual, muntah, diare, nyeri kepala sampai pingsan yang pada umumnya 7-10 hari sebelum haid. Dismenorea dibagi menjadi 2 yaitu:

Dismenorea primer (essensial, intrinsik, idiopatik) adalah rasa sakit pada waktu menstruasi tanpa disertai adanya klainan ginekologik. Dismenorea primer dibagi dua yaitu:
  • Primer kongestif (pegal menyiksa)
  • Primer spasmodik (kejang, nyeri hebat, sukar ditahan dan mencengkram)
  • Dismenorea sekunder (ekstrinsik, acquired, yang diperoleh) yang disebabkan adanya kelainan ginekologik.
Tingkatan Dan Perubahannya, Menurut Andersch dan Milson membagi menjadi 4 derajat:
Etiologi Dan Patofisiologi
1. Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah rasa sakit pada menstruasi tanpa disertai atau tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologis, yang disebabkan oleh faktor instrinsik dalam uterus sendiri, yang berhubungan erat dengan ketidakseimbangan steroid seks ovarium tanpa adanya patologi (kelainan organik) dalam pelvis. Dismenorea primer disebut juga sebagai dismenorea sejati, intrinsik, esensial, fungsional, juvenil atau idiopatik. Dismenorea ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai karena terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya pada 6-12 bulan/lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa sakit timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Rasa sakit yang terjadi biasanya bersifat kolik lokal/kejang berjangkit-jangkit pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah punggung dan paha dan biasanya juga disertai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala dan diare.

Dismenorea primer ditemukan pada usia 16-25 tahun dan tertinggi pada usia 17-20 tahun. Tetapi usia yang tepat pada saat onset dismenorea tersebut mungkin sukar diketahui karena nyeri haid dapat berangsur-angsur menjadi progresif.

Dismenorea primer hanya terjadi pada siklus bifasik (ovulatorik) dan tidak dijumpai pada siklus haid yang monofasik (anovulatorik). Walaupun penyebabnya belum semuanya diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenorea primer yaitu;

a). Faktor endokrin, terdiri dari :
- Hiperaktivitas uterus
Hiperaktivitas uterus akan menyebabkan aliran darah ke uterus menjadi berkurang sehingga terjadi iskemia uterus .

- Prostaglandin (PG) endometrium
Jeffcoate berpendapat bahwa terjadinya spasme miometrium dipacu oleh toksin-toksin dalam darah haid (menotoksin), suatu zat mirip lemak alamiah, yang kemudian diketahui sebagai prostaglandin (PG). Zat ini diisolasi dari darah haid, asam 9a-11a-15-trihidroprosta-5, 13-dien, meningkat pada keadaan dismenorea dan dapat diperoleh dari otot uterus. Pickles dkk pada tahun 1965 mendapatkan kadar PGE2 dan PGF2a sangat tinggi dalam endometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenorea. Selain itu juga PGF2a juga ditemukan dalam jumlah besar didalam miometrium pada wanita dengan dismenorea primer. Jika jumlah prostaglandin yang berlebih dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah, flushing. Senyawa ini merupakan perangsang miometrium yang kuat PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus maupun peningkatan kepekaan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Sehingga secara sederhana dapat dianggap terjadinya nyeri sekunder terhadap perubahan tersebut. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterine 400 mmHg dan menyebabkan intensitas kontraksi disritmik miometrium yang dahsyat.

Atas dasar itulah Akerlund dkk memperlihatkan bahwa PG yang dihasilakan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang menimbulkan nyeri spasmodik.

Ternyata tidak semua penderita dismenorea menunjukkan kadar PG yang tinggi. Mengingat hal tersebut, Stomberg dan Halbert dkk menduga ada faktor lain yang berperan dalam terjadinya dismenorea, yang aktivitasnya mempengaruhi sintesis dan plepasan PG, yaitu hormon steroid ovarium.

- Hormon steroid seks
Dismenorea primer hanya terjadi pada siklus yang berovulasi. Steroid seks dan progesteron berperan dalam patogenesis dismenorea primer. Dismenorea timbul bilamana uterus berada dibawah pengaruh progesteron dan ini baru dapat berlangsung bilamana ada korpus luteum, yang hanya terbentuk jika ovulasi tlah berlangsung.

Ovulasi dan porduksi progesteron mempunyai pengaruh miotonik dan vasospastik terhadap arteriol miometrium dan endometrium.

Dipihak lain regresi korpus luteum dan penurunan kadar progesteron mengakibatkan rusaknya lisosom. Kerusakan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran enzim-enzim, seperti fosfolipase yang akan mengubah fosfolipid di dalam sel-sel endometrium menjadi PG. Mekanisme kerja hormon steroid ini dalam mengendalikan pembentukan PG masih belum seluruhnya terungkap, diduga progesteron menghambat produksi PG melalui enzim fosfolipase-A2 tidak terjadi perubahan asam arakhidonik. Sedangkan 17-bestradiol (E2) meningkatkan pembentukan PG mlalui beberapa mekanisme yaitu dengan perangsangan pembentukan enzim siklooksigenase dan sintesis segera dari PG. Ylikorkala dkk pada penelitiannya menemukan bahwa kadar estradiol lebih tinggi pada wanita yang menderita dismenorea dibandingkan wanita normal. Estradiol yang tinggi ini diduga menyebabkan produksi PG yang blebih oleh endometrium. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kadar estradiol yang tinggi dalam darah vena ovarika disertai kadar PGF2a yang juga tinggi dalam endometrium.

- Vasopresin
Akerlund dkk mendapatkan wanita dengan dismenorea primer memiliki kadar vasopresin yang sangat tinggi dan berbeda bermakna dari wanita tanpa dismenorea. Stomberg mendapatkan bahwa pada wanita dengan dismenorea berat, ternyata kadar vasopresin 4 kali lebih tinggi, kadar ini diukur pada hari pertama haid. Namun demikian bagaimana peranan yang pasti dari vasopresin dalam mekanisme dismenorea masih perlu diteliti lebih lanjut.

b). Faktor neurologik (susunan saraf)
Uterus disarafi oleh system otonom (SSO) yang terdiri dari system saraf simpatis dan parasimpatis. Disfungsi SSO dapat menimbulkan keluhan dismenorea.

c). Faktor kejiwaan (Psikis)
Semua nyeri tergantung pada hubungan SSP, khususnya thalamus dan kortek. Derajat pnderitaan yang dialami akibat rangsangan nyeri itu tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Pada dismenorea, faktor pendidikan dan faktor psikis sangat membayangi keadaan ini. Dengan demikian nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Beberapa faktor psikis secara terpadu ikut berperan sebagai penyebab dismenorea seperti kehilangan tempat berteduh, ketakutan seksual, rasa bersalah, ketakutan akan kehamilan, identifikasi ibu yang juga mengindap dismenorea (dismenorea familier), reaksi protes, reaksi pelarian dan situasi konflik dengan kewanitaannya, immaturitas dan ketergantungan/penolakan untuk menjadi wanita dewasa. Jeffcoate menemukan bahwa wanita yang ibunya menderita dismenorea primer lebih sering mengalami keluhan yang sama. Keadaan ini erat kaitannya dengan faktor-faktor seperti keawaman terhadap proses haid, jiwa yang masih labil dan masih dalam masa pertumbuhan fisik. Faktor tersebut menurunkan ambang nyeri, sehingga nyeri yang ringan disalahtafsirkan sebagai nyeri hebat.

d). Faktor obstruksi servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk mnerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperfleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus hiperfleksi dan sebaliknya.

e). Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren/asma. Sminth menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenorea adalah sebagai berikut: -->?Jika tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan kadar progesteron ini akan menyebabkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium, menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam ini bersamaan dengan kerusakan endometrium yang terjadi pada awal menstruasi akan merangsangasam arakhidonat yang menghasilkan prostaglandin (PGE2 dan PGf2a). pada wanita dengan dismenorea didapatkan adanya peningkatan kontraksi dan disritmik uterus, yang akibatnya aliran darah ke uterus berkurang dan terjadi iskemia.

Prostaglandin dan endoperoksida juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang nyeri pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsangan fisik dan kimia.

2.Dismenorea Sekunder
Adalah dismenorea yang disebabkan adanya patologi (kelainan organik) dalam pelvis. Timbulnya setiap saat dalam perjalanan hidup. Meskipun dismenorea sekunder disebabkan lesi yang luas, nyerinya lenyap diantara masa haid. Dismenorea ini dimulai pada usia dewasa dan menyerang wanita dewasa yang semula bebas dari dismenorea. Penyebab dismenorea sekunder adalah:
a. Endometriosis pelvis dan adenomiosis
b. Penyakit radang pelvik kronik (seperti salpingitis)
c. Uterus miomatosus (terutama mioma submukosum)
d. Polip endometrium
e. Klainan bentuk uterus (seperti hipoplasi, umumnya habitus astenik) dan anomali kongenital traktus genital
f. Klainan uterus (retrofleksi/retrofleksi terfiksasi, hiperantefleksi)
g. Stenosis kanalis servikalis
h. Adanya AKDR
i. Tumor ovarium
Diagnosis
Diagnosis diperoleh melalui:
  1. Anamesis
  2. Pemeriksaan Fisik
  3. Pemeriksaan Penunjang
Perbandingan gejala dismenorea primer dan dismenorea sekunder


Perbandingan gejala dismenorea primer kongestif dan spasmodik


Untuk mendiagnostik dismenorea ini dibutuhkan alat pnunjang seperti:

(a). Endoskopi pelvik (laparoskopi diagostik dan histeroskopi diagnostik) yang mengarah ke dismenorea sekunder.
(b). Pemeriksaan lab terhadap infeksi subklinis yang disebabkan oleh mikroba seperti TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus, Herpes), klamidia dan mikoplasma.

Apabila kedua pemeriksaan tersebut hasilnya normal maka tahap analisis kita ke dismenorea primer. Jika dicurigai dismenorea primer itu disebabkan oleh faktor psikogenik, maka perlu dilakukan uji estrogen.

Estrogen konjugasi 1,25 mg/hari diberikan dari hari 1-25 dari siklus haid. Ini akan menghasilkan haid anovulatorik 3-5 hari kemudian.


Konsep Diagnosis Dismenorea Primer
Penatalaksanaan Dismenorea
Penatalaksanaan dibagi atas pelaksanaan medis dan operatif:

1. Penatalaksanaan dismenorea Primer
(a). Pelaksanaan Medis
  • Psikoterapi
  • Pemberian obat-obatan :
- Penghambat sintesis Prostaglandin
Antiprostaglandin/obat inflamasi non-steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai analagietik dan menghambat sintesis prostaglandin, contoh:
  • Aspirin 650 mg 4-6 x/hr,
  • Indometasin 25 mg 3-4 x/hr,
  • Fenilbutazon 100 mg 4x/hr,
  • Ibuprofen 400-600 mg 3 x/hr,
  • Fenoprofen 300-600 mg 4x/hr,
  • Naproksen 250 mg 2x/hari,
  • Asam mefenamik 250 mg 4x/hr,
  • asam meklofenamik 50-100 mg 3x/hari,
  • dll
- Kontrasepsi hormonal oral.
Menurut Kistner dan Bazizd 80-90% nyeri spasmodik berkurang dengan pemberin pil ini karena dapat menekan ovulasi dan obat ini hanya baik digunakan pada wanita belum ingin hamil atau menunda kehamilan. Kombinasi estrogen dan progesteron yang diberikan secara siklik dalam bentuk kontrasepsi oral dosis rendah sangat efektif digunakan

- Antagonis kalsium, ini merupakan cara terbaru dan perlu dikaji lebih jauh, dimana obat ini menghambat jalur kalsium sehingga otot polos uterus terhambat. Contoh obatnya adalah nifedipin 15-80 mg perhari .

- Perangsang beta adrenoseptor
Obat golongan ini mengurangi keluhan terhadap dismenorea dengan meningkatkan aliran darah endometrium, namun Karena diperlukan dosis yang besar maka tidak dianjurkan karena efek samping yang timbul.

- Sediaan hormonal
Sediaan progesteron seperti didrogesteron 10 mg 2x sehari dari hari ke 5-25 dari tiap siklus. Ini adalah pilihan utama karena merupakan sediaan progesterone sistetik yang paling mendekati progesteron alamiah.


(b). Pelaksanaan Operatif

- Dilatasi dan kuretase
Menurut Jeffcoate masih menganjurkan tindakan dilatasi dan kuretase untuk mengobati dismenore primer, tapi kini sudah ditinggalkan mengingat bahwa stenosis servik tidak besar peranannya dalam etiologi dismenorea primer. Slain itu tindakan ini dapat mrusak saraf-saraf snsorik didaerah servik.

- Neurektomi prasakral atau penyuntikan pleksus pelvik
Kadang-kadang dilakukan sebagai pilihan trakhir bagi kasuskasus yang refrakter. Jeffcoate menganjurkan penyuntikan pleksus pelvikus (dengan zat anestetik atau zat perusak lainnya) scara pembedahan dan bila tetap gagal, maka histerektomi merupakan pertimbangan terakhir.

- Histerektomi total
Sbelumnya uji estrogen perlu diulang. Hasil yang memuaskan sekitar 80-90% dapat diharapkan jika pembedahan dilakukan atas dasar penapisan yang tepat.


2. Penatalaksanaan dismenorea sekunder
Terapi dismenorea sekunder tergantung pada penyebabnya. Umumnya memerlukan tindakan operatif
Prognosis
Prognosis dismenorea adalah baik, jika dismenorea dapat didiagnosis dengan tepat, maka pengobatan yang rasional dan efektif dapat diberikan dengan cepat.
Kesimpulan
  1. Dismenorea merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh sebagian besar wanita dengan mencari dan menemukan penyebabnya maka pengobatan dapat dapat lebih rasional dan lebih efektif.
  2. Dismenorea bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang brarti nyeri haid yang dapat menganggu aktivitas khidupan sehari-hari.
  3. Klasifikasi dismenorea dibagi 2; dismenorea primer dan sekunder
  4. Etiologi dismenorea primer belum banyak diketahui, tetapi diduga ada faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya dismenorea antara lain: faktor endokrin (hiperaktivitas uterus, peningkatan prostaglandin endometrium, hormon steroid seks, peningkatan vasopresin), system saraf, faktor kejiwaan (psikis), faktor konstitusi, faktor obstruksi kanalis servikalis dan faktor alergi.
  5. Penatalaksanaan dismenorea ini dapat dilakukan secara medis ataupun operatif tergantung faktor penyebabnya.
  6. Prognosis dismenorea adalah baik, jika dismenorea dapat didiagnosis dengan tepat, maka pengobatan yang rasional dan efektif dapat diberikan dengan cepat.

Banyumas, September 2007

by dokter Z



Artikel Lainnya